Merombak Memuput Rindu
Sampai di mana proyek antologi Memuput Rindu? Edisi demonya sebenarnya sudah siap diluncurkan. Draft terakhir memuat 26 karya (puisi, cerpen, prosa liris, catatan perjalanan) dari 15 penulis yang mewakili alumni Absurd Generation dekade 1990-an, 2000-an, dan 2010-an. Namun jika ada yang memperhatikan dan membandingkan draft awal dengan draft saat ini, ada sebuah perbedaan yang sangat mencolok. Apa itu? Mari saya jelaskan.
Semula, Memuput Rindu diniatkan sebagai Reuni Besar Lintas Generasi Teater Angin. Namun, ketidak-pede-an membuat saya berpikir untuk merombak niat itu. Hal ini berkaitan dengan beberapa informasi mengejutkan more »
Terpaku — Vivi Lestari
Di sini
menatap asap peleburan
yang memercik menjadi nyala api
sesayup gamelan Dewa Yadnya
menghempaskanku,
membakar atmaku
bajra pemangku nyaring terdengar
mantra puja jelas kuingat
tapi aku asing di duniaku more »
Vi
Tanggal 28 April dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional, merujuk pada wafatnya Chairil Anwar pada tanggal 28 April 1949. April memang telah menjadi bulan yang keramat bagi dunia sastra di Indonesia. Selain Chairil Anwar, tokoh sastra yang berpulang di bulan April diantaranya Danarto (10 April 2018), yang cerpennya berjudul Godlob pernah dimainkan anak-anak Angin dalam Lomba Baca Cerpen PSR tahun 1990-an. Mahaguru puisi, Umbu Landu Paranggi, juga menghembuskan napas terakhir di bulan April, tepatnya 6 April 2021.
Tahun ini pun dunia sastra kembali berduka di bulan April. Yudhistira ANM Massardi, more »
Cerpen Drama GKS Lautan LDM MAS Operet Porseni PSR Puisi
by Wira Santosa
2 comments
Akhirnya, Sejarah Itu akan Terungkap! (Versi Lain)
Beberapa minggu lalu, judul ini pernah saya pakai. Waktu itu saya merujuk pada sejarah tentang penyematan Absurd Generation pada Teater Angin. Kali ini judul itu saya pakai kembali, namun merujuk pada hal lain. Sejarah yang akan terungkap itu adalah sejarah tentang berdirinya Teater Angin! Sebenarnya ini masih ada kaitannya dengan perkara ulang tahun yang keliru, tapi saya enggan untuk membuat part 3 dari tulisan itu. Jadi, mari kita mulai saja.
Awalnya ketika saya bertandang ke Jatijagat Kehidupan Puisi, bertemu dengan Dimas Hendratno, untuk meminta restu penerbitan Memuput Rindu. Di sela obrolan, dia bercerita tentang rencana Ibu Putri Suastini more »
Perkara Ulang Tahun yang Kerilu (Part 2)
OOT: Tahukah Anda, bahwa dulu, bayi di Korea Selatan yang lahir tanggal 31 Desember, keesokan harinya langsung berumur dua tahun? Itu karena bayi yang baru lahir di Korea Selatan langsung berumur satu tahun, dan bertambah satu tahun setiap tahun baru.
Cukup OOT-nya, mari kita mulai. Setelah bergerilya melalui friendster, menyebarkan woro-woro reuni kepada setiap akun yang terdeteksi sebagai alumni angin, pada Oktober 2008 terkumpul sangat banyak masa di lapangan Smansa Denpasar. Acara kumpul-kumpul yang diprakarsai oleh Gantet, tamatan 1998, menghadirkan Mbak Mona sebagai alumni tertua, tamatan 1994. more »
Tongkat Estafet Masih Dipegang Wahyu
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan
Akhirnya tiba giliran saya untuk membacakan puisi W.S. Rendra berjudul Gerilya dalam lomba baca puisi di Banjar Semila Jati. Sebelum naik panggung kepercayaan diri saya begitu tinggi. Saya sangat yakin dengan hasil latihan mandiri saya, walaupun dilakukan dengan membaca dalam hati dan berbisik, serta mengganti puisi tanpa sepengetahuan pelatih, Wahyu Dhyatmika.
Namun ketika saya mulai menyenandungkan nada-nada more »
Tongkat Estafet Dipegang Wahyu
Untuk mengasah mental tampil anak-anak angin, sangat banyak ajang lomba yang bisa diikuti. Salah satunya adalah lomba baca puisi, yang jaman dulu sangat marak dilaksanakan di Denpasar. Penyelenggaranya beragam, mulai dari Sanggar Minum Kopi, STT Br. Semila Jati, hingga Pemda dalam ajang PSR.
Cerita kali ini adalah seputar lomba baca puisi di Banjar Semila Jati. Terdengar aneh? Banjar mana yang sempat-sempatnya mengadakan lomba baca puisi? Ya itu, Banjar Semila Jati, di bilangan Jalan Gunung Agung. Salah satu tokoh banjar merupakan anggota Sanggar Minum Kopi, saya lupa namanya, beliaulah inisiator untuk mengadakan lomba baca puisi di banjar itu. more »
Reuni Besar Lintas Generasi Teater Angin
Menara cahaya menerangi taman air
Angin istana meniupkan rindu
Dua anak tangga lagi tahta dicapai
Kilau impian terang terwujud more »
Giveaway untuk Who Knows?
Beberapa waktu yang lalu, Jer, pembaca setia blog ini, memberikan sebuah usul di grup WhatsApp The ABSURD gen. Dia mengusulkan, supaya blog ini ramai pengunjung, ada baiknya admin mengadakan giveaway. Dan baiklah, karena Jer suka membaca dan komen di blog ini sejak awal ada, dan berdasarkan sejarah ide-idenya selalu brilian, maka saya sebagai admin selain Suka Ada, dengan senang hati menerima usul itu.
Giveaway berupa sekali makan gratis di Warung Merdeka atau Warung Ratna akan saya berikan kepada satu pembaca yang menulis komen paling menarik menurut saya. Contohnya bisa kita lihat pada komen Who Knows? more »
Sampun Ngopi?
Pada tulisan yang ini, saya mengatakan bahwa lomba baca puisi PSR pertama kali diselenggarakan saat saya kelas tiga. Setelah diingat-ingat kembali, sepertinya saya salah. Waktu itu saya masih kelas dua, sehingga belum ada Candra Idiot di Teater Angin, dan adegan latihan antara Ardita dan Candra Idiot tentu menjadi fiktif pada saat itu. Tapi biarlah tulisan itu tetap seperti itu, untuk menambah efek dramatis dengan bumbu-bumbu yang gurih.
Lomba baca puisi PSR waktu saya kelas tiga, akan saya ceritakan kali ini, dengan tokoh utama, sebut saja Budi. Waktu itu Budi masih kelas satu, seangkatan dengan Candra Idiot, sehingga wajib mengikuti lomba baca puisi more »